Transparent Teal Star
Merry LockHeart
Aku takkan menahan langkahmu yang menjauh pergi,
Aku takkan memintamu kembali,
Mataku sudah melihat,
Ketidakbahagiaan yang besar kemungkinannya hadir di antara kita.
Jangan menyesal,
Ini benar adanya.
Jangan memohon, aku takkan berubah pikiran.
Karena aku mencintai bukan tanpa alasan.
Begitu pula aku pergi dengan alasan.
Jikapun aku kembali, haruslah karena sebuah alasan.
Aku mencari sebuah kedamaian dari sebuah hubungan,
Bukan teka teki.
Apalagi jika kamu memintaku untuk berjuang untukmu.
Aku mencari teman yang seperjuangan.
Yang akan sama2 memperjuangkan hidup.
Aku juga tak ingin berlari, agar kau kejar.
Karena aku sudah lelah berlari dari segala masalah kehidupan.
Merry LockHeart
Aku menikmati pengalaman jatuh cinta sudah sedari umur belia.
Aku ingat pria pertama yang padanya aku jatuh cinta adalah seorang pria yang sedang duduk di bangku kuliah.
Bahkan setalah lama pria itu tak ada, aku masih bergetar setiap mendengar namanya.
Padahal umurku baru 7 tahun.
Lalu aku mulai merasakan lagi jatuh dan mencinta di usia 13 tahun.
Cintaku berbalas,
Kami bersama tanpa status.
Maka saat hubungan itu kandas, kami tak memerlukan tanda titik pada kisah kami.
Itu pengalaman yang manis.
Aku tau itu salah. Itu tak seharusnya terjadi.
Tapi dia sudah memberi warna pada masa lalu ku.
Lalu,
Beranjak umur 15 tahun, aku harus berhadapan dengan rasa yang terlalu besar untuk dipendam, namun terlalu salah untuk di ungkapkan.
Akhirnya, aku melampiaskannya kepada siapapun yang berupaya mendekatiku.
Tak perduli mereka serius, hanya bermain-main, atau bahkan menjerumuskanku.
Aku dikenalkan pada cinta paling putih dan polos hingga pada cinta paling kelam dan kotor.
Cukup lama aku mencintai bayangan.
Hingga aku bertemu dengan dia.
Cinta yang kurasa nyata.
Dia membuat ku bahagia,
Tapi juga membuatku menderita.
Saat aku dibuat menjadi di antara siapa-siapa dan bukan siapa-siapa.
Ditempatkan pada jarak aman, jarak yang terlalu dekat untuk menjadi sekedar teman, namun terlalu jauh untuk menjadi seseorang.
Dia memberiku mawar, namun mendekapkan jari jemariku begitu erat pada batang hingga berdarah.
Dia adalah hasrat terkuat dan nestapa terkejam yang pernah kurasa.
Masa-masa yang indah, selalu membawa ku kembali sembari menggenggam maaf untukmu.
Namun, setiap kali ku kembali, aku tak menemukan keindahan itu lagi.
Beberapa kali terjadi.
Dan akhirnya aku tahu,
kamu hanyalah pria kosong dengan ego yang besar untuk diakui dan disanjung.
Terlalu besar hingga tak mampu dipuaskan oleh satu hati.
Apa yang selama ini kulihat, hanyalah proyeksi dari harapanku yang terpantul ditopeng wajahmu.
Dan aku terluka oleh ekspektasiku sendiri.
Dengan pedih ku kubur harapan-harapan yang pernah hidup.
Kini...
Aku berada di jalan yang kosong..
Melangkah entah mau kemana.
Hari sudah malam, dan lampu jalanan sudah tak mampu mengisi pekatnya malam.
Menikmati belai lembut angin malam,
Dan sunyi menjadi teman paling tepat,
karena memang aku sedang ingin terdiam.
Bukan tak mampu berkata-kata,
Tapi terlalu banyak perkabungan yang perlu ditangisi,
terlalu banyak tugas rumah untuk dicari kesimpulannya,
terlalu banyak rumusan yang perlu ku pecahkan.
Mengolahnya perlahan, satu persatu.
Betapa bodohnya manusia, mengatasnamakan cinta, padahal yang dia rasakan adalah nafsu.
Keserakahan untuk memiliki dan membentuk orang lain menjadi dunia khayalnya.
Marah, karena merasa di khianati, sementara sedari awal dia memilih menutup mata, percaya cinta kan memnuntunnya, padahal itu adalah nafsu semata.
Cinta memang kan menuntunmu, memberimu kekuatan untuk menahan segala rasa perih dari penyatuan dua mahluk yang berbeda.
Tapi, sebelum pesawat memasuki mode auto pilot, dia sudah harus berada di jalur yang tepat, ketinggian yang seharusnya.
Sebuah proses yang tak bisa kamu lalui dengan tutup mata.
Maka, sebelum menyerahkan cintamu dibawa oleh perasaan.
Biarkan matamu terbuka,
Paparkan ia pada semua yang menyakitimu,
Lihat, luka mana yang paling sanggup kamu tahan,
Juga tanya, sanggupkan dia bertahan dengan segala duri-durimu.
Cinta bukan tentang jatuh dan tenggelam, wajar jika kamu merasa sesak.
Cinta tetang merenangi palung yang telah kau ketahui dalam dan luasnya, pasang dan surutnya.
Tapi tentu, sebelum menyusuri palung itu, kamu harus belajar bagaimana merenanginya.
Cinta begitu dalam dan kuat, rumit dan sederhana di waktu yang bersamaan.
Aku ingin menghabiskan waktu yang selamanya itu,
dengan dia yang aku tau bisa aku cintai selamanya.
Dan untuk menemukannya,
Aku rela menjelajahi waktu,
Aku takkan menepi jika memang bukan tempatku untuk berlabuh.
Aku bersyukur, aku masih sendiri hingga saat ini.
Karena kali ini, pilihanku bukan di dasarkan oleh nafsu, keinginan yang meledak-ledak, atau perasaan yang buta.
Hatiku kini sudah kokoh.
Jarak pandangku mulai jauh.
Aku tak lagi tertipu oleh permukaan yang tenang,
Aku mulai mencari tanda akan arus kencang di kedalaman.
Terima kasih kepada Yah, kapalku tak karam, walau badai kelam pekat menerjang tanpa belas kasihan.